Kabbah di Mekkah adalah bangunan yang menjadi arah kiblat umat muslim ketika melakukan ibadah shalat. Setiap bangunan masjid yang berdiri, bentuknya pasti disesuaikan dengan mengikuti arah dari bangunan yang didirikan pada zaman Nabi Ibrahim tersebut. Namun berbeda dengan masjid yang satu ini. Adalah Masjid Qiblatain di Madinah yang memiliki dua kiblat sekaligus. Di lokasi ini terdapat tempat imam salat dengan arah kiblat yang berlawanan.
Al-Qiblatain yang berarti masjid dua kiblat awalnya bernama masjid Bani Salamah. Selaini masjid Quba dan Nabawi, masjid Qiblatain termasuk salah satu dari tiga bangunan yang paling awal berdiri dalam sejarah Islam. Di masjid ini terjadi peristiwa besar yang sangat penting bagi sejarah perkembangan Islam. Yakni perpindahan arah kiblat umat Islam dari yang awalnya menghadap Baitul Maqdis berpindah menghadap ke Kabbah.
Awalnya kiblat umat Islam adalah Baitul Maqdis yang terletak di Yerusalem. Dahulu Baitul Maqdis memang menjadi kiblat untuk sebagian Nabi dari Bani Israil dan berlanjut pada masa Nabi Muhammad. Namun Nabi Muhammad SAW lebih suka salat menghadap ke kiblatnya Nabi Ibrahim AS yaitu Kabbah. Sehingga Ia sering shalat di antara sudut Ka'bah sehingga Ka'bah ada di antara beliau dan Baitul Maqdis.
Namun hal itu tidak bisa lakukan lagi ketika Nabi Muhammad harus hijrah ke Madinah. Selama di Madinah Nabi Muhammad shalat dengan menghadap ke Baitul Malqis sekitar enam belas atau tujuh belas bulan. Dalam kurun waktu tersebut beliau selalu berdoa agar Allah SWT menurunkan wahyu tentang pemindahan kiblat ke arah Ka’bah. Allah SWT mengabulkannya dengan menurunkan surat Albaqarah: 144 yang artinya.
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah2]:144)
Wahyu tersebut turun ketika Nabi Muhammad SAW sedang melaksanakan shalat di Masjid Al-Qiblatain. Tepatnya saat Nabi sedang mengerjakan shalat Dzuhur pada pertengahan bulan Sya'ban, tahun ke-2 Hijriyah. Ia kemudian langsung memutar arah kiblat dari awlanya ke arah Baitul Malqis berpindah ke arah Baitullah. Sejak saat itu, arah kiblat umat Muslim pun berubah ke Kabah di Masjidil Haram, Makkah. Masjid Bani Salamah ini lantas di abadikan untuk mengenang kisah tersebut dan diganti namanya menjadi Qiblatain.
Masjid Qiblatain saat ini menjadi salah satu tempat persinggahan wajib umat muslim yang sedang wisata religi ke Madinah. Jika masuk ke dalam, Anda bisa melihat sendiri bekas tempat imam salat. Tempat imam salat yang dulu dipakai saat kiblat menghadap Baitul Maqdis berupa pasir dan tidak ada sajadah. Sebaliknya, tempat salat imam yang sekarang telah memiliki mimbar khusus lengkap dengan sajadahnya.
Al-Qiblatain yang berarti masjid dua kiblat awalnya bernama masjid Bani Salamah. Selaini masjid Quba dan Nabawi, masjid Qiblatain termasuk salah satu dari tiga bangunan yang paling awal berdiri dalam sejarah Islam. Di masjid ini terjadi peristiwa besar yang sangat penting bagi sejarah perkembangan Islam. Yakni perpindahan arah kiblat umat Islam dari yang awalnya menghadap Baitul Maqdis berpindah menghadap ke Kabbah.
Awalnya kiblat umat Islam adalah Baitul Maqdis yang terletak di Yerusalem. Dahulu Baitul Maqdis memang menjadi kiblat untuk sebagian Nabi dari Bani Israil dan berlanjut pada masa Nabi Muhammad. Namun Nabi Muhammad SAW lebih suka salat menghadap ke kiblatnya Nabi Ibrahim AS yaitu Kabbah. Sehingga Ia sering shalat di antara sudut Ka'bah sehingga Ka'bah ada di antara beliau dan Baitul Maqdis.
Namun hal itu tidak bisa lakukan lagi ketika Nabi Muhammad harus hijrah ke Madinah. Selama di Madinah Nabi Muhammad shalat dengan menghadap ke Baitul Malqis sekitar enam belas atau tujuh belas bulan. Dalam kurun waktu tersebut beliau selalu berdoa agar Allah SWT menurunkan wahyu tentang pemindahan kiblat ke arah Ka’bah. Allah SWT mengabulkannya dengan menurunkan surat Albaqarah: 144 yang artinya.
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah2]:144)
Wahyu tersebut turun ketika Nabi Muhammad SAW sedang melaksanakan shalat di Masjid Al-Qiblatain. Tepatnya saat Nabi sedang mengerjakan shalat Dzuhur pada pertengahan bulan Sya'ban, tahun ke-2 Hijriyah. Ia kemudian langsung memutar arah kiblat dari awlanya ke arah Baitul Malqis berpindah ke arah Baitullah. Sejak saat itu, arah kiblat umat Muslim pun berubah ke Kabah di Masjidil Haram, Makkah. Masjid Bani Salamah ini lantas di abadikan untuk mengenang kisah tersebut dan diganti namanya menjadi Qiblatain.
Masjid Qiblatain saat ini menjadi salah satu tempat persinggahan wajib umat muslim yang sedang wisata religi ke Madinah. Jika masuk ke dalam, Anda bisa melihat sendiri bekas tempat imam salat. Tempat imam salat yang dulu dipakai saat kiblat menghadap Baitul Maqdis berupa pasir dan tidak ada sajadah. Sebaliknya, tempat salat imam yang sekarang telah memiliki mimbar khusus lengkap dengan sajadahnya.